Jumat, 22 April 2016



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Menganalisa Keburukan Akhlak ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami beterima kasih pada ibu Dra. Erna Suriani, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas ini kepada kami. 

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usuluan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

 Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Sekira laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan. 






Medan,    maret 2016




                        DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I: PENDAHULUAN.
A.    Latar belakang masalah........................................................................... 3
B.     Rumusan masalah.................................................................................... 3-4
C.     Tujuan...................................................................................................... 4
BAB II: PEMBAHASAN.
A.    Pengertian Akhkak.................................................................................. 5
B.     Pengertian Baik Dan Buruk.................................................................... 5-10
C.     Aliran Baik Dan Buruk.......................................................................... 10-16
D.    Faktor Yang Membuat Akhlak Buruk.................................................... 16-17


















BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya , baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individual dan sosial.

            Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya,ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai material.Sehingga manusia terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual, yang sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.

            Manusia pasti kehilangan kendali dan salah arah bila nilai-nilai spiritual ditinggalkan, sehingga mudah terjerumus ke berbagai penyelewengan dan kerusakan akhlak. Misalnya melakukan perampasan hak-hak orang lain, penyelewengan seksual dan pembunuhan.
\
            Nilai-nilai spiritual yang dimaksudkan dalam islam adalah ajaran agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran , yang kesemuanya berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta anggota masyarakat.

            Mengejar nilai-nilai materi saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagian yang hakiki.

      B     Rumusan Masalah
 Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut :

      a.       Apa pengertian akhlak  ?
      b.      Apa pengertian baik dan buruk?
      d.      Apakah ukuran baik buruk dalam ilmu akhlak?
      e.       Apa sajakah aliran baik dan buruk?
      f . faktor apa yang mempengaruhi akhlak?

      C.     Tujuan.

      a.  Mengetahui pengertian akhlak  ?
      b. Mengetahu   Apa pengertian baik dan buruk?
      d.  Mengetahu ukuran baik buruk dalam ilmu akhlak?
      e.  Mengetahu   Apa sajakah aliran baik dan buruk?
      f . Mengetahu faktor apa yang mempengaruhi akhlak?





BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Akhlak.

Dari sudut bahasa, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab yaitu “akhlakun” sebagai bentuk jamak dari kata “Khulqun” yang berarti: budi pekerti, perangai, kelakuan atau tingkah laku, tabiat. Jadi, akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang selalu ada padanya[1]. Maksud perbuatan yang dilahirkan dengan mudah tanpa pikir lagi di sini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki. Jadi perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah merupakan “azimah”, yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik atau perbuatan buruk.

Manusia adalah makhluk tiga dimensi ( bukan dua dimensi), yakni fisik (jism / jasad / jasmani), jiwa (nafs) dan ruh.[2]

B. Pengertian Baik dan Buruk.

Dalam Islam perbuatan baik dan buruk itu sering di sebutkan dengan’amar ma’ruf nahi munkar’(Perbuatan yang baik dan dan perbuatan yang buruk) yang dilakukan manusia dalam selurah kehidupannya, manusia itu dikatakan berbuat baik apabila dia dapat melaksanakan ajaran agama secara’’ kaffah’’(keseluruhan) manusia di katakan berbuat yang tidak baik apabila ia melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan yang telah di perintahkan oleh Allah SWT.
Pada dasarnya tugas dan tanggung jawab manusia adalah untuk mengabdi kepadanya, dalam peroses pengabdiannya manusia harus mengetahui atau memiliki dasar yang hakiki untuk di jadikan landasan yang utama dalam hidupnya agar dalam menjalani kehidupan dunia ini lebih bermakna, adapun yang landasan yang dimaksudkan adalah sumber-sumber ajaran Islam yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT., sesama manusia, sesama alam atau lingkungannya.

Mengabdikan diri dalam Islam erat kaitannya dengan pendidikan akhlak, kemudian konsep mengabdikan diri dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa dan taqwa itu sendiri berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, perintah Allah itu berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang baik sedangkan yang berkaitan larangan adalah dengan perbuatan-perbuatan yang tidak baik .

Adapun lapaz al-hasanah dan as-sayyiah dalam Al-Qur’an memiliki berberapa makna, seperti yang di jelaskan dalam QS. 3:120, QS.9:50, QS.7:164 dan QS.42:48. Dengan demikian dalam ayat tersebut secara pasti mengandung makna bahwa al hasanah dan as sayyiah berarti segala kenikimatan dan musibah demikian pula yang dikatakan oleh para Mufassir, oleh sebab itu As-Sadiy menyatakan bahwa al Hasanah adalah kemakmuran sedangkan as Sayyiah adalah kemudhadaratan yang terjadi pada harta mereka .

Dengan demikain akan menjadi jelas bahwa kebaikan dan keburukan dalam ajaran Islam merupakan dua bahasa yang berbeda akan tetapi memiliki keterkaitan antara keduanya, yaitu kalau tidak berbuat baik maka berbuat buruk, maka manusia tinggal memilih pada posisi mana ia harus berbuat karena kebaikan dan keburukan itu sudah jelas di atur dalam ajaran agama

            Sebenarnya makna kebaikan dan keburukan itu sudah sangat jelas bagi setiap orang dan tidak perlu diberikan definisi, yang penting di sini adalah penggolongan pengaplikasian kedua makna itu sehingga menjadi jelas hubungan pembahasan kebaikan dan keburukan perspektif akal dengan bagian yang mana dari penggunaan makna-makna tersebut. Dengan menelusuri item-item penggunaan dua kata tersebut, maka kita dapat mengidentifikasi empat penggunaan asli dari makna keduanya:

Pertama, Terkadang kebaikan dan keburukan bermakna kesempurnaan (kamâl) dan kekurangan (naqsh) yang berhubungan dengan jiwa manusia. Dalam pengaplikasian ini, termasuk seluruh perbuatan manusia, apakah perbuatan itu berdasarkan ikhtiar manusia ataukah di luar ikhtiar manusia seperti sifat dasar manusia. Sebagai contoh dikatakan, ”Pengetahuan itu ialah suatu kebaikan” atau ‘’Belajar ilmu pengetahuan merupakan sebuah perbuatan baik,’’ dan juga dikatakan, “Kebodohan itu adalah suatu keburukan” atau “Meninggalkan pencarian ilmu merupakan suatu perbuatan buruk”; pengetahuan dan mencari ilmu pengetahuan merupakan sifat kesempurnaan bagi jiwa manusia, sementera kebodohan dan meninggalkan pencarian ilmu merupakan kekurangan baginya. Berdasarkan hal tersebut, maka sifat-sifat seperti berani dan dermawan merupakan bagian dari sifat-sifat baik, sementara sifat penakut dan kikir termasuk dari sifat-sifat jelek. Yakni, yang menjadi tolok ukur adalah kesempurnaan dan ketidak sempurnaan pada jiwa manusia.

Kedua,Terkadang aplikasi makna kebaikan dan keburukan berdasarkan kemaslahatan dan ke-mafsadah-an (tak berfaedah) sebuah perbuatan atau sesuatu, dan terkadang maslahat dan mafsadah berhubungan dengan unsur individu atau berhubungan dengan unsur masyarakat..Sebagai contoh, setiap peserta yang menang dalam pertandingan adalah maslahat baginya (bagi peserta yang menang itu), akan tetapi kontradiksi dengan kemaslahatan para peserta lain yang kalah dalam pertandingan. Sebaliknya, menyebarkan keadilan dalam masyarakat merupakan suatu perkara yang dapat dipandang sebagai maslahat bagi seluruh masyarakat.

Ketiga, Aplikasi dari makna baik dan buruk adalah pada tinjauan kesesuaian dan ketidaksesuaian dengan perbuatan ikhtiar manusia. Aplikasi ini, perbuatan yang menurut akal manusia layak untuk dilakukan dan pelakunya mendapatkan pujian, maka perbuatan tersebut adalah perbuatan yang baik. Sebaliknya, perbuatan yang semestinya ditinggalkan dan pelaku perbuatan tersebut menjadi tercela, maka perbuatan tersebut dikategorikan sebagai perbuatan yang buruk.

Berdasarkan pandangan ini, “Keadilan itu adalah sebuah kebaikan” dan ‘’Kezaliman itu ialah sebuah keburukan”, yaitu akal memandang keadilan itu adalah layak dan baik serta pelakunya (orang adil) berhak mendapatkan pujian dan sanjungan, sementara kezaliman itu merupakan perbuatan yang tidak layak dan orang yang melakukannya seharusnya mendapatkan celaan. Perlu diketahui bahwa akal yang dimaksud di sini adalah akal praktis, yang obyeknya adalah perbuatan ikhtiar manusia dari segi kelayakan (keharusan) untuk dilaksanakan atau kelayakan (keharusan) untuk ditinggalkan etika kita mencoba memikirkan pengaplikasian ketiga makna tersebut maka akan sangat jelas perbedaannya. perbuatan-perbuatan pelaku selain manusia dan bahkan perbuatan-perbuatan Tuhan

            Kenyataan yang ada dalam kehidupan, bahwa banyak pendapat yang mendefinisikan apa sebenarnya baik dan buruk itu, sekarang seseorang melihat hal itu buruk, tapi pada suatu saat dia bisa saja melihatnya baik.

Baik itu adalah adalah segala sesuatu yang sempurna, bernilai benar, diharapkan orang, memberikan kepuasan , memberikan perasaan senang atau bahagia, sehingga dihargai secara positif. Sebaliknya, buruk adalah lawaan dari baik, berarti segala seuatu yang tidak sempurna , tidak benar, tidak diharapkan orang, tidak memberikan kepuasan dan rasa senang, sehingga dihargai secara negatif.

Akhlak yang mulia adalah sumber segala kebaikan baik di dunia maupun di akhirat, sedang akhlak tercela adalah sumber segala keburukan baik di dunia maupun di akhirat.

Imam Al-Gazhali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam,
yaitu[3]:
1)      Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil .
2)      Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meniggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al-jahil al-dhollu.
3)      Keburukan akhlak yang dilakukan oleh sesorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq.
4)      Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengirbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al-dhollu al-fasiq al-syarir.

Oleh sebab itu mengetahui contoh akhlak buruk adalah sebuah keharusan, karena tidak mungkin seseorang bisa menghindari sesuatu jika ia tidak mengetahui hakikat sesuatu tersebut.

 Contoh-contoh akhlak buruk kepada sesama manusia, yaitu:

1.      Buruk Sangka kepada Sesama Muslim
Akhlak tercela yang mendatangkan kebencian, merusak kecintaan, dan menimbulkan kesedihan dan ketidakharmonisan. Oleh sebab itu Allah memperingatkan kita dengan firmannya:


Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa ....” (QS. al-Hujurat: 12).

2.      Hasad (dengki/ iri hati)
3.      Dendam
4.      Tidak memiliki Rasa Malu
5.      Bakhil/ Kikir
6.      Mengungkit – Ungkit Pemberian
Yaitu menyebut - nyebut pemberian, nasihat yang telah diucapkan, dan kebaikan yang telah dilakukan kepada orang lain, dan hal itu menyakiti hati orang yang diberi. Allah berfirman:


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)….” (QS. Al-Baqarah: 264)

7.      Menyelisihi Janji
Menyelisihi janji termasuk sifat tercela, dan perilaku yang rendah, dan salah satu cabang dan tanda-tanda orang munafik.
8.      Dusta
Termasuk akhlak buruk, perilaku yang tercela, salah satu sifat orang munafik dan cabang dari kekafiran.
Kesombongan

 C. Aliran Tentang Baik dan Buruk.

 a.
Aliran Hedoisme.

            Aliran Hedoisme berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah “kebahagiaan” karenanya suatu perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik, dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.[4]

            Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan, itu pasti.
Maksud kebahagiaan dalam aliran ini adalah yakni kelezatan, kenikmatan dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Aliran ini juga bahkan tidak saja mengajarkan agar manusia mencari kelezatan, karena pada dasarnya tiap-tiap perbuatan ini tidak sunyi dari kenikmatan tetapi aliran ini justru menyatakan: hendaklah manusia itu mencari sebesar-besarnya kenikmatan , dan apabila ia di suruh memilih yang paling besar kenikmatannya.

            Maksud paham ini adalah bahwa manusia hendaknya mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya bagi dirinya. Dan setiap perbuatannya harus di arahkan kepada kenikmatan. Maka apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus memperhitungkan banyak sedikitnya kenikmatan dan kesengsaraannya.

Dan sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.[5]

b. Aliran Utilitarianisme.

                        secara harfia utilis berarti berguna. Menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna. Jika ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan Negara disebut social.

            Paham penentuan baik buruk berdasarkan nilai guna ini mendapatkan  perhatian di masa sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung ekstrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistik.

            Orang tua yang sudah jompo misalnya semakin kurang dihargai, karena secara material tidak ada lagi kegunaanya. Padahal kedua orang tua tetap berguna untuk dimintakan nasihat dan doanya serta kerelaanya. Selain itu paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya.untuk memperjuangkan kepentingan politik misalnya tidak segan-segan menggunakan fitnah, khianat, bohonh, tipu muslihat, kekerasan, paksaan dan lain sebagainya, sepanjang semua yang disebutkan itu ada gunanya.

            Namun demikian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bias diterima. Dan kegunaan bias juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang member manfaat pada yang lainnya, ( HR. Bukhari ).


            Maksud dari paham ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk semua sesama manusia atau semua makhluk yang memiliki perasaan. Kenikmatan menurut paham ini, bukan kenikmatan yang melakukan perbuatan itu saja, tetapi kenikmatan semua orang yang ada hubungannya dengan perbuatan itu. Mill (1806-1873)

             Menurut Mill kebahagian tidak hanya diukur melalui kuantitas, tetapi perlu dipertimbangkan pula kualitasnya, karena kesenangan ada yang tinggi dan ada pula yang rendah mutunya. Kebahagiaan yang menjadi norma etis adalah kebahagiaan semua orang yang terlibat dalam suatu kejadian.

        Paham ini memastikan untuk memberi hukum hanya pada perbuatan kebaikan dan keburukannya. Padahal sangat sukar untuk mengetahui perbuatan yang membawa manfaat bagi kita, tapi justru bencana bagi pihak lain. Selain itu kita tidak bisa menyelidiki kadarnya selain kita. Contoh meminjam uang mungkin baik pada saat ini, tetapi bagi masa yang akan datang merupakan bencana karena harus mengemblikan beserta bungannya.

            Dengan demikian tujuan aliran ini ialah mencari kesempurnaan hidup sebanyak mungkin baik dari segi kualitas. Jadi tujuannya adalah kebahagiaan orang banyak.[6]

c. Aliran Idealisme.

            Aliran ini di pelopori oleh Immannuel Kant (1724-1804) seorang yang berkebangsaan Jerman.

            Menurutnya aliran ini “ kemauan” adalah merupakan faktor terpenting dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Oleh karena itu “ kemauan yang baik” adalah menjadi dasar pokok dalam etika idealisme.[7]

            Untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, maka kemauan yang yang perlu di hubungkan dengan suatu hal yang akan menyempurnakannya, yaitu “ perasaan kewajiban”.

             Jadi ada kemauan yang baik, kemudian di sertai dengan perasaan kewajiban menjalanlankan sesuatu perbuatan tindakan, maka terwujud lah perbuatan tindakan yang baik.

             Kant mendasarkan rasa kewajiban untuk terwujudnya perbuatan. Banyak hal- hal yang meminta perhatian dalam etika, seperti pengorbanan mementingkan diri sendiei dan sebagainya.

d. Aliran Adat Istiadat ( sosialisme)
            Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara adat.

            Adat istiadat selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum, Ahmad Amin mengatakan bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai adat istiadat yang tertentu dan menganggap baik bila mengikutinya,mendidik anak-anaknya sesuai dengan adat iastiadat itu, dan menanamkan perasaan kepada mereka, bahwa adat istiadat itu akan membawa kepada kesucian,sehingga apabila seseorang menyalahi adat istiadat itu sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.

e. Aliran Intuisisme (humanisme).
            Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya. Kekuatan batin itu disebut juga kata hati adalah merupakan potensi rohaniah yang secara fitrah yang ada pada diri setiap orang. Paha mini berpendapat bahwa pada setiap manusia mempunyai kekuatan instinct batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan sekilas pandang. Kekuatan batin ini terkadang

berbeda refleksinya, karena pengaruh masa dan lingkungan, akan tetapi dasarnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh manusia. Apabila ia melihat sesuatu perbuatan ia mendapat semacam ilham yang dapat membertahu nilai perbuatan itu, lalu menetapkan hukum baik dan buruknya. oleh karena itu, kebanyakan manusia sepakat mengenai keutamaan seperti benar, dermawan, berani, dan mereka juga sepakat menilai buruk terhadap perbuatan yang salah, kikir dan pengecut.

            Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil dari keadaan luarnya. Kita diberinya kemampuan untuk membedakan antara baik dan benar, sebagai mana kita diberikan mata untuk melihat dan diberi telinga untuk mendengar.


            secara harfia utilis berarti berguna. Menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang berguna. Jika ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut individual, dan jika berlaku bagi masyarakat dan Negara disebut social.

            Paham penentuan baik buruk berdasarkan nilai guna ini mendapatkan  perhatian di masa sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung ekstrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistik.

            Orang tua yang sudah jompo misalnya semakin kurang dihargai, karena secara material tidak ada lagi kegunaanya. Padahal kedua orang tua tetap berguna untuk dimintakan nasihat dan doanya serta kerelaanya. Selain itu paham ini juga dapat menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya.untuk memperjuangkan kepentingan politik misalnya tidak segan-segan menggunakan fitnah, khianat, bohonh, tipu muslihat, kekerasan, paksaan dan lain sebagainya, sepanjang semua yang disebutkan itu ada gunanya.

            Namun demikian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bias diterima. Dan kegunaan bias juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang member manfaat pada yang lainnya, ( HR. Bukhari ).

f. Aliran Evolution.

       Evolusi ( Evolution )

            Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di ala mini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaanya. Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan, tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat atau diraba oleh indera, seperti akhlak dan moral.

            Herbert Spencer ( 1820-1903 ) salah seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan ke arah cita-cita yabg dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita itu dan buruk bila jauh dari padanya. Sedang tujuan manusia dalam hidup ini ialah mencapai cita-cita atau paling tidak mendekatinya sedikit mungkin.

            Cita-cita manusia dalam hidup ini – menurut paham ini – adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan. Kebahagiaan di sini berkembang menurut keadaan yang mengelilinginya.

             Dapat dilihat bahwa perbuatan manusia terkadang sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya, maka hidupnya akan senang dan bahagia. Oleh karena itu menjadi keharusan untuk mengubah dirinya menurut keadaan yang ada di sekelilingnya, sehingga dengan demikian sampailah ia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan yang menjadi tujuannya.

            Tampaknya bahwa Spencer menjadikan ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah diri sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya. Suatu perbuatan dikatakan baik bila menghasilkan lezat dan bahagia dan ini bisa terjadi bila cocok dengan keadaan di sekitarnya.

            Dalam sejarah paham evolusi, Darwin ( 1809-1882 ) adalah seorang ahli pengetahuan yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia memberikan penjelasan tentang paham ini dalam bukunya The Origin of Species. Dikatakan bahwa perkembangan alam ini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut :

1)      Ketentuan alam ( selection of nature )
2)      Perjuangan hidup ( struggle for life )
3)      Kekal bagi yang lebih pantas ( survival for the fit test )

            Yang dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa ala mini menyaring segala yang maujud (ada) mana yang pantas dan bertahan akan terus hidup, dan mana yang tidak pantas dan lemah tidak akan bertahan hidup.

            Berdasarkan cirri-ciri hokum alam yang terus berkembang ini dipergunakan untuk menentukan baik dan buruk. Namun ikut sertanya berubah dan berkembangnya ketentuan baik buruk  sesuai dengan perkembangan ala mini akan berakibat menyesatkan, karena ada yang dikembangkan itu boleh jadi tidak sesuai dengan morma yang berlaku secara umum dan telah diakui kebenarannya.

D Faktor Yang Membuat Akhlak Buruk.

 Faktor penyebab “keburukan” akhlak[8]:

1.      Lemah Iman
Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya moral, ini disebabkan kerana iman merupakan kekuatan (untuk membina akhlak) dalam kehidupan seseorang.
2.      Tabiat/ watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang pendidikan yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.
3.      Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku seseorang.

            Daftar Pustaka.

 Miswar. H. Dkk ( 2015). AKHLAK TASAUF. Medan: Perdana Publising.
 Mustofa. H. A. AKHLAK TASAUF. Medan. Bandung: Pustaka Setia.
 Iqbal Irham.M. Membangun Moral Bangsa Melalui AKHLAK TASAUF. Ciputat: Pustaka
            AL- IHSAN.



[1] Drs. H. Miswar, MA., dkk, Akhlak Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2015) hal. 3
[2] M.Iqbal Irham, MA., Membangun Moral Bangsa Melalui AKHLAK TASAUF(Ciputat,2012)hal.7
[3] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) hal. 18
[4]  Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) hal. 64
[5] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) hal. 65
[6] Drs. H. Miswar, MA., dkk, Akhlak Tasawuf (Medan: Perdana Publishing, 2015) hal. 36
[7] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) hal. 76

1 komentar:

  1. Best 10 best merit casino | PlayTech Casino
    Best 10 Best 10 Best Best 10 Best 10 Best 10 Best 10 Best 10 Best 10 온카지노 Best 메리트카지노 10 Best 10 Best 샌즈카지노 10 Best 10 Best 10 Best 10 Best 10 Best 10 Best Best

    BalasHapus