KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Menganalisa Keburukan Akhlak ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami beterima kasih pada ibu Dra. Erna Suriani,
M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usuluan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Sekira laporan yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa
depan.
Medan, maret 2016
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................... 1
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
2
BAB
I: PENDAHULUAN.
A.
Latar belakang masalah...........................................................................
3
B.
Rumusan masalah....................................................................................
3-4
C.
Tujuan......................................................................................................
4
BAB
II: PEMBAHASAN.
A.
Pengertian Akhkak..................................................................................
5
B.
Pengertian Baik Dan Buruk....................................................................
5-10
C.
Aliran Baik Dan Buruk..........................................................................
10-16
D.
Faktor Yang Membuat Akhlak Buruk....................................................
16-17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami
oleh manusia sekarang ini, tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup
dan perilakunya , baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk
individual dan sosial.
Dampak
negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang
dialaminya,ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya
yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai material.Sehingga manusia
terlampau mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual, yang
sebenarnya berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Manusia pasti kehilangan
kendali dan salah arah bila nilai-nilai spiritual ditinggalkan, sehingga mudah
terjerumus ke berbagai penyelewengan dan kerusakan akhlak. Misalnya melakukan
perampasan hak-hak orang lain, penyelewengan seksual dan pembunuhan.
\
Nilai-nilai
spiritual yang dimaksudkan dalam islam adalah ajaran agama yang berwujud
perintah, larangan dan anjuran , yang kesemuanya berfungsi untuk membina
kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai hamba Allah serta anggota
masyarakat.
Mengejar nilai-nilai materi
saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagian yang hakiki.
B Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis
merumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian akhlak ?
b. Apa pengertian baik dan buruk?
d. Apakah ukuran baik buruk dalam ilmu akhlak?
e. Apa sajakah aliran baik dan buruk?
f . faktor apa yang mempengaruhi akhlak?
C. Tujuan.
a. Mengetahui pengertian akhlak ?
b. Mengetahu Apa pengertian
baik dan buruk?
d. Mengetahu ukuran baik buruk dalam ilmu akhlak?
e. Mengetahu Apa sajakah aliran baik dan buruk?
f . Mengetahu faktor apa yang mempengaruhi
akhlak?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Akhlak.
Dari sudut bahasa, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab
yaitu “akhlakun” sebagai bentuk jamak dari kata “Khulqun” yang berarti: budi
pekerti, perangai, kelakuan atau tingkah laku, tabiat. Jadi, akhlak adalah
sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang
selalu ada padanya[1].
Maksud perbuatan yang dilahirkan dengan mudah tanpa pikir lagi di sini bukan
berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak
dikehendaki. Jadi perbuatan yang dilakukan itu benar-benar sudah merupakan
“azimah”, yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan. Sifat itu dapat
lahir berupa perbuatan baik atau perbuatan buruk.
Manusia adalah makhluk tiga dimensi ( bukan dua dimensi), yakni
fisik (jism / jasad / jasmani), jiwa (nafs) dan ruh.[2]
B.
Pengertian Baik dan Buruk.
Dalam Islam perbuatan baik dan buruk itu sering di
sebutkan dengan’amar ma’ruf nahi munkar’(Perbuatan yang baik dan dan perbuatan
yang buruk) yang dilakukan manusia dalam selurah kehidupannya, manusia itu
dikatakan berbuat baik apabila dia dapat melaksanakan ajaran agama secara’’
kaffah’’(keseluruhan) manusia di katakan berbuat yang tidak baik apabila ia
melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan yang telah di perintahkan
oleh Allah SWT.
Pada
dasarnya tugas dan tanggung jawab manusia adalah untuk mengabdi kepadanya,
dalam peroses pengabdiannya manusia harus mengetahui atau memiliki dasar yang
hakiki untuk di jadikan landasan yang utama dalam hidupnya agar dalam menjalani
kehidupan dunia ini lebih bermakna, adapun yang landasan yang dimaksudkan
adalah sumber-sumber ajaran Islam yang mengatur semua aspek kehidupan manusia,
yaitu hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT., sesama manusia, sesama alam
atau lingkungannya.
Mengabdikan
diri dalam Islam erat kaitannya dengan pendidikan akhlak, kemudian konsep
mengabdikan diri dalam Al-Qur’an dikaitkan dengan taqwa dan taqwa itu sendiri
berarti melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, perintah Allah
itu berkaitan dengan perbuatan-perbuatan yang baik sedangkan yang berkaitan
larangan adalah dengan perbuatan-perbuatan yang tidak baik .
Adapun lapaz al-hasanah dan as-sayyiah dalam Al-Qur’an
memiliki berberapa makna, seperti yang di jelaskan dalam QS. 3:120, QS.9:50,
QS.7:164 dan QS.42:48. Dengan demikian dalam ayat tersebut secara pasti
mengandung makna bahwa al hasanah dan as sayyiah berarti segala kenikimatan dan
musibah demikian pula yang dikatakan oleh para Mufassir, oleh sebab itu
As-Sadiy menyatakan bahwa al Hasanah adalah kemakmuran sedangkan as Sayyiah
adalah kemudhadaratan yang terjadi pada harta mereka .
Dengan
demikain akan menjadi jelas bahwa kebaikan dan keburukan dalam ajaran Islam
merupakan dua bahasa yang berbeda akan tetapi memiliki keterkaitan antara
keduanya, yaitu kalau tidak berbuat baik maka berbuat buruk, maka manusia
tinggal memilih pada posisi mana ia harus berbuat karena kebaikan dan keburukan
itu sudah jelas di atur dalam ajaran agama
Sebenarnya
makna kebaikan dan keburukan itu sudah sangat jelas bagi setiap orang dan tidak
perlu diberikan definisi, yang penting di sini adalah penggolongan
pengaplikasian kedua makna itu sehingga menjadi jelas hubungan pembahasan
kebaikan dan keburukan perspektif akal dengan bagian yang mana dari penggunaan
makna-makna tersebut. Dengan menelusuri item-item penggunaan dua kata
tersebut, maka kita dapat mengidentifikasi empat penggunaan asli dari makna
keduanya:
Pertama, Terkadang kebaikan dan keburukan bermakna
kesempurnaan (kamâl) dan kekurangan (naqsh) yang berhubungan dengan jiwa
manusia. Dalam pengaplikasian ini, termasuk seluruh perbuatan manusia, apakah
perbuatan itu berdasarkan ikhtiar manusia ataukah di luar ikhtiar manusia
seperti sifat dasar manusia. Sebagai contoh dikatakan, ”Pengetahuan itu ialah
suatu kebaikan” atau ‘’Belajar ilmu pengetahuan merupakan sebuah perbuatan
baik,’’ dan juga dikatakan, “Kebodohan itu adalah suatu keburukan” atau
“Meninggalkan pencarian ilmu merupakan suatu perbuatan buruk”; pengetahuan dan
mencari ilmu pengetahuan merupakan sifat kesempurnaan bagi jiwa manusia,
sementera kebodohan dan meninggalkan pencarian ilmu merupakan kekurangan
baginya. Berdasarkan hal tersebut, maka sifat-sifat seperti berani dan dermawan
merupakan bagian dari sifat-sifat baik, sementara sifat penakut dan kikir
termasuk dari sifat-sifat jelek. Yakni, yang menjadi tolok ukur adalah
kesempurnaan dan ketidak sempurnaan pada jiwa manusia.
Kedua,Terkadang aplikasi makna kebaikan dan keburukan berdasarkan
kemaslahatan dan ke-mafsadah-an (tak berfaedah) sebuah perbuatan atau sesuatu,
dan terkadang maslahat dan mafsadah berhubungan dengan unsur individu atau
berhubungan dengan unsur masyarakat..Sebagai contoh, setiap peserta yang menang
dalam pertandingan adalah maslahat baginya (bagi peserta yang menang itu), akan
tetapi kontradiksi dengan kemaslahatan para peserta lain yang kalah dalam
pertandingan. Sebaliknya,
menyebarkan keadilan dalam masyarakat merupakan suatu perkara yang dapat
dipandang sebagai maslahat bagi seluruh masyarakat.
Ketiga, Aplikasi dari makna baik dan buruk adalah pada
tinjauan kesesuaian dan ketidaksesuaian dengan perbuatan ikhtiar manusia.
Aplikasi ini, perbuatan yang menurut akal manusia layak untuk dilakukan dan
pelakunya mendapatkan pujian, maka perbuatan tersebut adalah perbuatan yang
baik. Sebaliknya, perbuatan yang semestinya ditinggalkan dan pelaku perbuatan
tersebut menjadi tercela, maka perbuatan tersebut dikategorikan sebagai
perbuatan yang buruk.
Berdasarkan
pandangan ini, “Keadilan itu adalah sebuah kebaikan” dan ‘’Kezaliman itu ialah
sebuah keburukan”, yaitu akal memandang keadilan itu adalah layak dan baik
serta pelakunya (orang adil) berhak mendapatkan pujian dan sanjungan, sementara
kezaliman itu merupakan perbuatan yang tidak layak dan orang yang melakukannya
seharusnya mendapatkan celaan. Perlu diketahui bahwa akal yang dimaksud di sini
adalah akal praktis, yang obyeknya adalah perbuatan ikhtiar manusia dari segi
kelayakan (keharusan) untuk dilaksanakan atau kelayakan (keharusan) untuk
ditinggalkan etika kita mencoba memikirkan pengaplikasian ketiga makna tersebut
maka akan sangat jelas perbedaannya. perbuatan-perbuatan pelaku selain manusia
dan bahkan perbuatan-perbuatan Tuhan
Kenyataan yang
ada dalam kehidupan, bahwa banyak pendapat yang mendefinisikan apa sebenarnya
baik dan buruk itu, sekarang seseorang melihat hal itu buruk, tapi pada suatu
saat dia bisa saja melihatnya baik.
Baik itu adalah adalah segala sesuatu yang sempurna, bernilai
benar, diharapkan orang, memberikan kepuasan , memberikan perasaan senang atau
bahagia, sehingga dihargai secara positif. Sebaliknya, buruk adalah lawaan dari
baik, berarti segala seuatu yang tidak sempurna , tidak benar, tidak diharapkan
orang, tidak memberikan kepuasan dan rasa senang, sehingga dihargai secara
negatif.
Akhlak yang mulia adalah sumber segala kebaikan baik di dunia
maupun di akhirat, sedang akhlak tercela adalah sumber segala keburukan baik di
dunia maupun di akhirat.
Imam Al-Gazhali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat
macam,
yaitu[3]:
1)
Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang
mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil .
2)
Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa
meniggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya
disebut al-jahil al-dhollu.
3)
Keburukan akhlak yang dilakukan oleh sesorang, karena pengertian
baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik.
Maka pelakunya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq.
4)
Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada
umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya kecuali
hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengirbanan yang lebih hebat lagi. Orang
yang melakukannya disebut al-dhollu al-fasiq al-syarir.
Oleh sebab itu mengetahui contoh akhlak buruk adalah sebuah
keharusan, karena tidak mungkin seseorang bisa menghindari sesuatu jika ia
tidak mengetahui hakikat sesuatu tersebut.
Contoh-contoh akhlak buruk
kepada sesama manusia, yaitu:
1.
Buruk Sangka kepada Sesama Muslim
Akhlak tercela yang mendatangkan kebencian, merusak kecintaan, dan
menimbulkan kesedihan dan ketidakharmonisan. Oleh sebab itu Allah
memperingatkan kita dengan firmannya:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa ....” (QS. al-Hujurat: 12).
2.
Hasad (dengki/ iri hati)
3.
Dendam
4.
Tidak memiliki Rasa Malu
5.
Bakhil/ Kikir
6.
Mengungkit – Ungkit Pemberian
Yaitu menyebut - nyebut pemberian, nasihat yang telah diucapkan,
dan kebaikan yang telah dilakukan kepada orang lain, dan hal itu menyakiti hati
orang yang diberi. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima)….” (QS.
Al-Baqarah: 264)
7.
Menyelisihi Janji
Menyelisihi janji termasuk sifat tercela, dan perilaku yang rendah,
dan salah satu cabang dan tanda-tanda orang munafik.
8.
Dusta
Termasuk akhlak buruk, perilaku yang tercela, salah satu sifat
orang munafik dan cabang dari kekafiran.
Kesombongan
C. Aliran Tentang Baik dan Buruk.
a. Aliran Hedoisme.
Aliran Hedoisme
berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah “kebahagiaan” karenanya suatu
perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik, dan
sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.[4]
Menurut aliran
ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan, itu pasti.
Maksud kebahagiaan dalam aliran ini adalah yakni kelezatan, kenikmatan
dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Aliran ini juga bahkan
tidak saja mengajarkan agar manusia mencari kelezatan, karena pada dasarnya
tiap-tiap perbuatan ini tidak sunyi dari kenikmatan tetapi aliran ini justru
menyatakan: hendaklah manusia itu mencari sebesar-besarnya kenikmatan , dan
apabila ia di suruh memilih yang paling besar kenikmatannya.
Maksud paham ini
adalah bahwa manusia hendaknya mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya bagi
dirinya. Dan setiap perbuatannya harus di arahkan kepada kenikmatan. Maka
apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus
memperhitungkan banyak sedikitnya kenikmatan dan kesengsaraannya.
Dan sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang melakukan
perbuatan mengarah kepada tujuan.[5]
b. Aliran Utilitarianisme.
secara harfia utilis berarti berguna. Menurut paham ini bahwa yang baik adalah
yang berguna. Jika ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut individual, dan
jika berlaku bagi masyarakat dan Negara disebut social.
Paham
penentuan baik buruk berdasarkan nilai guna ini mendapatkan perhatian di
masa sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup
meningkat, dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun demikian paham
ini terkadang cenderung ekstrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang
materialistik.
Orang tua yang sudah jompo
misalnya semakin kurang dihargai, karena secara material tidak ada lagi
kegunaanya. Padahal kedua orang tua tetap berguna untuk dimintakan nasihat dan
doanya serta kerelaanya. Selain itu paham ini juga dapat menggunakan apa saja
yang dianggap ada gunanya.untuk memperjuangkan kepentingan politik misalnya
tidak segan-segan menggunakan fitnah, khianat, bohonh, tipu muslihat,
kekerasan, paksaan dan lain sebagainya, sepanjang semua yang disebutkan itu ada
gunanya.
Namun
demikian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan
materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bias diterima. Dan kegunaan
bias juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan
kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah
orang yang member manfaat pada yang lainnya, ( HR. Bukhari ).
Maksud dari paham
ini adalah agar manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk semua
sesama manusia atau semua makhluk yang memiliki perasaan. Kenikmatan menurut
paham ini, bukan kenikmatan yang melakukan perbuatan itu saja, tetapi
kenikmatan semua orang yang ada hubungannya dengan perbuatan itu. Mill (1806-1873)
Menurut
Mill kebahagian tidak hanya diukur melalui kuantitas, tetapi perlu
dipertimbangkan pula kualitasnya, karena kesenangan ada yang tinggi dan ada
pula yang rendah mutunya. Kebahagiaan yang menjadi norma etis adalah
kebahagiaan semua orang yang terlibat dalam suatu kejadian.
Paham ini
memastikan untuk memberi hukum hanya pada perbuatan kebaikan dan keburukannya.
Padahal sangat sukar untuk mengetahui perbuatan yang membawa manfaat bagi kita,
tapi justru bencana bagi pihak lain. Selain itu kita tidak bisa menyelidiki
kadarnya selain kita. Contoh meminjam uang mungkin baik pada saat ini, tetapi
bagi masa yang akan datang merupakan bencana karena harus mengemblikan beserta
bungannya.
Dengan demikian
tujuan aliran ini ialah mencari kesempurnaan hidup sebanyak mungkin baik dari
segi kualitas. Jadi tujuannya adalah kebahagiaan orang banyak.[6]
c. Aliran Idealisme.
Aliran ini di
pelopori oleh Immannuel Kant (1724-1804) seorang yang berkebangsaan Jerman.
Menurutnya aliran
ini “ kemauan” adalah merupakan faktor terpenting dari wujudnya
tindakan-tindakan yang nyata. Oleh karena itu “ kemauan yang baik” adalah
menjadi dasar pokok dalam etika idealisme.[7]
Untuk dapat
terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, maka kemauan yang yang perlu di
hubungkan dengan suatu hal yang akan menyempurnakannya, yaitu “ perasaan
kewajiban”.
Jadi ada kemauan yang baik, kemudian di sertai
dengan perasaan kewajiban menjalanlankan sesuatu perbuatan tindakan, maka
terwujud lah perbuatan tindakan yang baik.
Kant mendasarkan rasa kewajiban untuk
terwujudnya perbuatan. Banyak hal- hal yang meminta perhatian dalam etika,
seperti pengorbanan mementingkan diri sendiei dan sebagainya.
d. Aliran Adat Istiadat ( sosialisme)
Menurut
aliran ini baik dan buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan
ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh
masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik
dan orang yang menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk, dan
kalau perlu dihukum secara adat.
Adat
istiadat selanjutnya disebut pula sebagai pendapat umum, Ahmad Amin mengatakan
bahwa tiap-tiap bangsa mempunyai adat istiadat yang tertentu dan menganggap
baik bila mengikutinya,mendidik anak-anaknya sesuai dengan adat iastiadat itu,
dan menanamkan perasaan kepada mereka, bahwa adat istiadat itu akan membawa
kepada kesucian,sehingga apabila seseorang menyalahi adat istiadat itu sangat dicela
dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
e. Aliran Intuisisme (humanisme).
Intuisi
adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau
buruk dengan sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya. Kekuatan batin itu
disebut juga kata hati adalah merupakan potensi rohaniah yang secara fitrah
yang ada pada diri setiap orang. Paha mini berpendapat bahwa pada setiap
manusia mempunyai kekuatan instinct batin yang dapat membedakan baik dan buruk
dengan sekilas pandang. Kekuatan batin ini terkadang
berbeda refleksinya, karena pengaruh masa dan lingkungan, akan tetapi
dasarnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh manusia. Apabila ia melihat
sesuatu perbuatan ia mendapat semacam ilham yang dapat membertahu nilai
perbuatan itu, lalu menetapkan hukum baik dan buruknya. oleh karena itu,
kebanyakan manusia sepakat mengenai keutamaan seperti benar, dermawan, berani,
dan mereka juga sepakat menilai buruk terhadap perbuatan yang salah, kikir dan
pengecut.
Kekuatan
batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil
dari keadaan luarnya. Kita diberinya kemampuan untuk membedakan antara baik dan
benar, sebagai mana kita diberikan mata untuk melihat dan diberi telinga untuk
mendengar.
secara
harfia utilis berarti berguna. Menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang
berguna. Jika ukuran ini berlaku bagi perorangan, disebut individual, dan jika
berlaku bagi masyarakat dan Negara disebut social.
Paham
penentuan baik buruk berdasarkan nilai guna ini mendapatkan perhatian di
masa sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup
meningkat, dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun demikian paham
ini terkadang cenderung ekstrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang
materialistik.
Orang tua yang sudah jompo
misalnya semakin kurang dihargai, karena secara material tidak ada lagi
kegunaanya. Padahal kedua orang tua tetap berguna untuk dimintakan nasihat dan
doanya serta kerelaanya. Selain itu paham ini juga dapat menggunakan apa saja
yang dianggap ada gunanya.untuk memperjuangkan kepentingan politik misalnya
tidak segan-segan menggunakan fitnah, khianat, bohonh, tipu muslihat,
kekerasan, paksaan dan lain sebagainya, sepanjang semua yang disebutkan itu ada
gunanya.
Namun
demikian kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan
materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bias diterima. Dan kegunaan
bias juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan
kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah
orang yang member manfaat pada yang lainnya, ( HR. Bukhari ).
f. Aliran
Evolution.
Evolusi ( Evolution )
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di
ala mini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada
kesempurnaanya. Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang
tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan, tetapi juga berlaku
pada benda yang tak dapat dilihat atau diraba oleh indera, seperti akhlak dan
moral.
Herbert
Spencer ( 1820-1903 ) salah seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat
evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana,
kemudian berangsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan ke arah cita-cita
yabg dianggap sebagai tujuan. Perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita
itu dan buruk bila jauh dari padanya. Sedang tujuan manusia dalam hidup ini ialah mencapai cita-cita atau paling tidak
mendekatinya sedikit mungkin.
Cita-cita manusia dalam hidup ini – menurut paham ini – adalah untuk mencapai
kesenangan dan kebahagiaan. Kebahagiaan di sini berkembang menurut keadaan yang
mengelilinginya.
Dapat dilihat bahwa perbuatan manusia
terkadang sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya, maka hidupnya akan senang
dan bahagia. Oleh karena itu menjadi keharusan untuk mengubah dirinya menurut
keadaan yang ada di sekelilingnya, sehingga dengan demikian sampailah ia kepada
kesempurnaan atau kebahagiaan yang menjadi tujuannya.
Tampaknya bahwa Spencer menjadikan ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah
diri sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya. Suatu perbuatan dikatakan baik
bila menghasilkan lezat dan bahagia dan ini bisa terjadi bila cocok dengan
keadaan di sekitarnya.
Dalam
sejarah paham evolusi, Darwin ( 1809-1882 ) adalah seorang ahli pengetahuan
yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia memberikan penjelasan tentang paham ini dalam bukunya The Origin of Species. Dikatakan bahwa perkembangan alam
ini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut :
1) Ketentuan alam (
selection of nature )
2) Perjuangan hidup (
struggle for life )
3) Kekal bagi yang lebih
pantas ( survival for the fit test )
Yang dimaksud dengan ketentuan
alam adalah bahwa ala mini menyaring segala yang maujud (ada) mana yang pantas
dan bertahan akan terus hidup, dan mana yang tidak pantas dan lemah tidak akan
bertahan hidup.
Berdasarkan cirri-ciri hokum alam yang terus berkembang ini dipergunakan untuk
menentukan baik dan buruk. Namun ikut sertanya berubah dan berkembangnya
ketentuan baik buruk sesuai dengan perkembangan ala mini akan berakibat
menyesatkan, karena ada yang dikembangkan itu boleh jadi tidak sesuai dengan
morma yang berlaku secara umum dan telah diakui kebenarannya.
D Faktor Yang Membuat Akhlak Buruk.
Faktor penyebab “keburukan” akhlak[8]:
1. Lemah Iman
Lemahnya iman merupakan petanda dari
kerendahan dan rusaknya moral, ini disebabkan kerana iman merupakan kekuatan
(untuk membina akhlak) dalam kehidupan seseorang.
2. Tabiat/ watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki
tabi'at/watak asli yang buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain.
Tabi'at ini lebih mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang
pendidikan yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.
3. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat
kuat bagi perilaku seseorang.
Daftar Pustaka.
Miswar.
H. Dkk ( 2015). AKHLAK TASAUF. Medan:
Perdana Publising.
Mustofa. H. A. AKHLAK TASAUF. Medan. Bandung: Pustaka
Setia.
Iqbal Irham.M. Membangun
Moral Bangsa Melalui AKHLAK TASAUF. Ciputat: Pustaka
AL- IHSAN.
[1] Drs. H. Miswar, MA., dkk, Akhlak Tasawuf (Medan: Perdana
Publishing, 2015) hal. 3
[2] M.Iqbal Irham, MA., Membangun Moral Bangsa Melalui AKHLAK
TASAUF(Ciputat,2012)hal.7
[3] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia,
2014) hal. 18
[4] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak
Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) hal. 64
[5] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia,
2014) hal. 65
[6] Drs. H. Miswar, MA., dkk, Akhlak Tasawuf (Medan: Perdana
Publishing, 2015) hal. 36
[7] Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia,
2014) hal. 76